Rabu, 14 Oktober 2015

Shalat Dengan Sisi Kehidupan Kita

Salah seorang ulama shalih mengatakan, "Shalat adalah Cahaya, yang terpancar dari hati seorang mukmin. Menerpa dan menyinari wajahnya, lalu memantul keseluruh anggota tubuhnya; Cahaya, yang digunakan Allah untuk menujukan siapa saja yang mencari keridhoan-Nya menuju jalan-jalan keselamatan; Cahaya, yang disandang oleh seorang mukmin ketika berjalan diantara manusia, sehingga ia melihat apa yang tidak dilihat orang lain; dan juga Cahaya, yang berkilau dihadapan dan di sbelah kanannya kelak pada hari kiamat nanti."

Kalimat-kalimat diatas merupakan untaian kata yang penuh pancaran cahaya, sebab yang menjadi titik bahasannya adalah Shalat. Ya, shalat menjadi sesuatu yang amat menakjubkan! Shalat menancap dalam tiap potongan belahan fase hidup kita. Lima kali sehari semalam, sebagai kesempatan bagi seseorang untuk membersihkan noda-noda dan menyeka kesalahan-kesalahannya.

Disela-sela kepenatan bekerja dan beraktifitas, Shalat Dzuhur datang menyapa, untuk mengingatkan kita akan Allah dan menghidupkan kembali diri kita. Selanjutnya kita pun menyelesaikan pekerjaan hingga rasa penat dan capai datang kembali. Saat itu, tibalah Shalat Ashar untuk mengembalikan gairah dan semangat kerja serta mengantarkan jasad kita menuju saat-saat beristirahat. Shalat Magrib pun menghidupkan lagi diri kita, hingga kemudian datang Shalat Isya dan menutup episode hari ini. begitulah, kita pun memulai hari baru bersama Shalat Subuh dengan semangat baru.

Shalat adalah terminal-terminal pengisian bahan bakar bagi diri kita. ketika kita mulai lemah semangat, turun gairah dan letih badan, shalat ini datang menyapa untuk membekalinya dengan bahan bakar spiritual dan tali jalinan yang menjadikannya hidup denagn jasad diatas bumi, tapi ruhnya tersambung ke langit.

Sepenuhnya kita ketahui, seorang manusia senantiasa memiliki kebutuhan. Kebutuhannya yang tanpa batas, selalu bertambah, tanpa henti, samapai lepasnya nyawa dari jasad. Suatu ketika ia akan memiliki rasa butuh yang sangat tinggi terhadap sesuatu, saat inilah tiba peranan Shalat Sunat Hajat dimana ia menghiba kepada Alloh SWT untuk menunaikan hajat dan kebutuhannya. Tatkala ia berada dalam kebimbangan demi memilih antara dua hal, datanglah peranan Shalat Sunat Istikharah. Dan selepas becek oleh dosa serta kemaksiatan, segera ia insaf tersadar dan menunaikan Shalat Sunat Taubat. Tatkala sang hamba Alloh ini sangat ingin sekali dekat dan 'mengunjungi' serta ingin berbicara langsung dengan sang maha pencipta Alloh SWT maka ia pun terbangun dari tidur malam lelapnya sebelum mengawali hari, menghirup udara segar pagi hari dalam Qiyamullail dan melaksanakan Shalat Sunat Tahajud.

Anda pun bisa melihat, ketika umat ini berada dalah kebahagiaan dan keceriaan, Shalat Sunat Hari Raya datang ditengah puncak gelombang kegembiraan tersebut. Dan saat umat ini tertimpa oleh kesulitan ekonomi semisal paceklik atau kemarau berkepanjangan, Shalat Sunat Istisqa' hadir untuk memohon siraman hujan. Kemudian, ketika muncul gejala alam yang unik semisal gerhana matahari, kita sama-sama melaksanakan Shalat Gerhana untuk memuji allah. Disamping itu, tentu kita tidak melupakan Shalat Jum'at, saat diamana umat ini berhimpun dan berkumpul sepekan sekali.

Perhatikan, saudaraku, betapa erat kaitan  shalat dengan segala sisi kehidupan kita...!


Yang juga cukup menarik disini, adalah ketika seorang bayi dilahirkan, Islam mensunnahkan kita untuk membacakan azan ditelinga kanan dan iqamah disebelah kirinya. Selama ada adzan dan iqamah, pasti ada pula pelaksanaan shalat. Tidakkah kita renungkan, kelak, selepas nyawa dari badan, kita juga akan di shalatkan?.

Jadi, Hidup kita diawali dengan Adzan dan diakhiri dengan Shalat. Di antara titik awal dan titik akhir ini, terbentang kehidupan kita yang membawa tema utama "MENEGAKAN SHALAT"!
Categories: ,

0 komentar:

Posting Komentar